Ilmu dan Filsafat
BAB 1 PENGANTAR
Ilmu dan Filsafat
Alkisah bertanyalah seorang awam kepada abli filsafat yang arif
bijaksana, “Coba sebutkan kepada saya berapa jenis manusia yang terdapat dalam
kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya!”
Filsuf itu menarik napas panjang dan berpantun:
Ada orang yang tahu di tahunya
Ada orang yang tahu di tidaktahunya
Ada orang yang tidak tahu di tahunya
Ada orang yang tidak tahu di tidaktahunya
Pengetahuandirnulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai
den gan rasa ragu-ragu danfilsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat
didorong untuk mengetahui apayang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu.
Berfilsafat berarti berendahhati bahwa tidak sem uanya akan pernah kita ketahui
dalani kesemestaan yangseakan tak terbatas ml. Demikian juga berfilsafat
berartj mengoreksi din,semacam keberanian untuk berterus teang, seberapa jauh
sebenarnya kebenaranyang dicari telah kita jangkau.
ilmumerupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah
dasar sampaipendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat ten- tang
ilmu berartikita berterus teráng kepada din kita sendiri: Apakah Seb enarnya
yang sayaketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cininya yang hakiki yang membedakan
ilmu danpengetahuanpengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimana saya ketahui
bahwailmu merupakan pengetahuan yang benar? Kritenia apa yang kita pakai
dalammenentuk an kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita mesti mempelajari ilinu?
ApakahFilsafat
Seorangyang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak
di bumi sedangtengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya
dalamkesemestaan galaksi. Atau seorang, yang berdiri di puncak tinggi,
memandang kengarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak khadirannya
dengan kesemestaanyang ditatapnya. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama
adalah sifat menyeluruhSeorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dan
segi pandang ilmuitu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi
penget ahuan yangIainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu
dengan agama. Diaingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahag iaan kepada
dirinya.
Seringkita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika
nuklir mem andang rendahkepada ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa Iebih
tinggi dan lulusan IPS. Ataulebih sedih lagi, seorang ilmuwan memand ang rendah
kepada pengetahuan lain.Mereka meremehkan moral, agama dan nilai estetika.
Seorangyang berpikir filsafati selain tengadah ke
bintang-bintang, juga membongkartempat berpijak secara fUndamental. lnilah karakter
istik berpikir filsafatiyang kedua yakni sifat , mendasar. Dia tidak lagi
percaya begitu sajabahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar?
Bagaimana prosespenilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakab
kriteria itu sendiri benar?Lalu benar sendiri itu apa? Sep erti sebuah
Iingkaran maka pertanyaan itumeLingkar. Dan menyusur sebuah lingkaran, kita
harus mulaidari satu titik, yangawal dan pun sekaligus akhir
Memangdemikian, secara terus terang tidak mungkin kita menangguk
pengetahuan secarakeseluruhan, dan bahkan kita tidak yakin kepada titik awal
yang menjadi jangkarpemikiran yang mendasar. Dalain hal mi kita hanya
berspekulasi dan inilah yangmerupakan ciri filsafat yang ketiga yakni sifat
spekulatif. Kita mulaimengernyitkan kening dan timbul kecurigaan terhadap
filsafat: bukankahspekulasi mi suatu dasar yang tidak bisa diadakan? Dan
seorang filsuf akanmenawab: memang namun hal mi tidak bisa dihindarkan,
Menyusur sebuah lingkarankita harus mulai dan sebuah titik bagaimanapun juga spekulatifnya
Yang pentingadalah bahwa dal ain prosesnya, balk dalam analisis maupun
pembuktiannya, kitabisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan
mana yang tid ak. Dantugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang
dapat diandalkan.Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah
yang disebutsahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada
tujuannya atauabsurd?
Sekarangkita sadar bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada
dimulai dengan spekulasi.Dan serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah
pikiran yang dapatdiandalkan yang merupakan titik awal dan penjelajahan
pengetahuan. Tanpamenetapkan kniteria tentang apa yang disebut benar maka tidak
niungkinpengetahuan lain berkembang di atas dasar kebenaran, Tanpa menetapkan
apa yangdisebut balk atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara tentang
moral.Demikian juga tahpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek tidak
mungkinkita berbicara tentang kesenian.
FilsafatPeneratas Pengetahuan Filsafat, merninjam pemikiran Will
Durant, dapatdiibaratkan pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan
pasukaninfantri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang di
antaranyaadalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi
kegiatankeilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah
hutanmenyempurnakan kemenangan ini menjada pengetahuan yang dapat diandalkan.
Setelahpenyerahan dilakukan maka filsafat pun pergi. Dia kembali menjelalah
laut lepas;berspekulasi dan meneratas. Seorang yang skeptis akan berkata: sudah
lebih dandua ribu tahun orang berfilsafat namun selangkah pun dia tidak maju.
Sepintaslalu kelihatannya memang demikian, dan, kesalah pahaman ini dapat
segera dihilangkan,sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir yang merupakan
pionir, bukanpengetahuan yang bersifat memerinci. Filsafat menyerahkan daerah
yang sudahdimenangkannya kepada ilmu pengetahuan dan pengetahuan lainnya. Semua
ilmu, baikilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, bertolak dan pengembangannya
bermulasebagai filsafat.
Nama asalfisika adalah filsafat alam (natural phisolophy) dan
nama asal ekonomiadalah filsafat moral (moral philosophy). Dalarn perkemb angan
filsafatmnjadi ilmu maka terdapat taraf peralihan. Dalam taraf peralihan liii
makabidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi
rnenyeluruhmelainkan sekitoral. Disini orang tidak lagi mempermasalahkan moral
secara keseluruhan melainkandikaitkan dengan kegiatan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yangkemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi. Walaupun
demikian dalam taraf ini secarakonseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma
norma filsafat. Umpamanyaekonomi masih merupakan penerapan etika (applied
ethics) dalam kegiatanmanusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai
adalah normatif dandeduktf berdasarkan asas-asas moral yang filsafati. Pada
tahapsetanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dan konsep-konsep filsafatdan
mendasarkan sepenuhnya kepada hakikat alam sebagaimana adanya.
Selarasdengan dengan dasarnya yang spekulatjf, maka dia menelaah
segala masalah yangmungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan
fungsinya sebagai pionir diamempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab
masajah yang satu, dia pun mulaimerambah pertanyaan lain. Tentu saja tiap kurun
zaman mempunyai masalah yangmerupakan mode pada waktu itu. Hal ini selaras
dengan usaha peningkatankernampuan penalaran maka filsafat ilmu menjadi
“ngetop”, sedangkan dalammasa-masa mendatang maka yang akan menjadi perhatian
kemungkinan besar bukanlagi filsafat ilmu, melainkan filsafat moral yang
berkaitan dengan ilmu.
Kadangkurang disadari bahwa tiap ilmu, terutama ilmu-ilmu
sosial, mempunyaj asumsitertentu tentang manusia yang menjadi lakon utama dalam
kajian keilmuannya.Mungkin ada baiknya kita mengambil contoh yang agak
berdekatari yakni ilmuekonorni dan manajemen. Kedua ilrnu mi mempunyai asumsi
tentang manusia yangberbeda. Ilmu ekonomi mempunyaj asumsi bahwa manusia adalah
makhluk ekonomiyang bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan
menjauhiketidaknyanianan semungkin bisa. Dia adalah makhluk hedonis yang
serakab; ataudalam proposisi ilmiah; mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
denganpengorbanan sekec il-kecilnya. Sedang ilmu manajemen mempunyai asumsi
laintentang mahusia sebab bidang telaah ilmu manajemen lain dengan lain
ekonomi.
Ilmuekonomi bertujuan menelaah hubungan manusia deñgan
benda/jasa yang dapatmemenuhi kebutuhan hidupnya; dan manajemen bertujuan
menelaah kerja samaantarsesama manusia dalam mencapai suatu tujuan yang
disetujui bersama.Cocoklah asumsi bahwa manusia adalab Homo oeconomicus bagi
manajernenyang tujuannya menelaah kerja sama antarmanusia? Apakah motif
ekonomis yangmendorong seseorang untuk ikut menjadi sukarelawan memberantas
kemiskinan dankebodohan? Tentu saja tidak, bukan, dan untuk itu manajemen
rnempunyai beberapaasumsi tentang manusia tergantung dan perkembangan dan
lingkungan masing-masingseperti makhluk ekonomi,rnakhluk sosial dan makhluk
aktualisasi din. Mengkaji permasalahan manajemendengan asumsi manusia dalain
kegiatan ekonomis akan men yebabkan kekacauandalamanalisis yang bersifat
akademik. Demikian pula mengkaji permasalahan ekonomidengan asumsi manusia yang
lain di luar makhluk ekonomi (katakanlah makhluksosial) seperti asumsi dalam
manajemen akan menjadikan ilmu ekonomi menjadimoral erapan, mundur, sekian
ratus tahun ke abad pertengahan.
Cabang Filsafat
Pokok permasalahaN yang dikajifilsafat mencakup tiga segi yakni
apa yang disebut benar dan apa yang disebutsalah (logika), mana yang dianggap
balk dan mana yang dianggap buruk (elika),serta apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek (estetika). Ketigacabang utama filsafat mi kemudian
bertambah Lagi yakni, pertama, teori tentangada: tentang hakikat keberadaafl
zat, tentang hakikat pikiran serta kaitanantara zat dan pikiran yang semuanya
terangkum dalam metafisika; dan,kedua, politik: yakni kajian mengenal
organisasi sosial/pemerIntahanyang ideal. Kelima cabang utama ml kemudian berk
embang lagi menjadicabang-cabaflg fiLsafat yang mempunYai bidang kajian yang Iebih
spesifikdi antaraNa filsafat iLmu. Cabang cabaNg filsafat tersebut antara
lainmencakup :
· Epistemologi (Filsafat
Pengetahuan)
· Etika (Filsafat Moral)
· Estetika (Filsafat Seni)
· Metafisika
· Politik
· Agama
· Filsafat ilmu
· Pendidikan hukum
· Sejarah
· Matematika
BAB II DASAR DASAR PENGETAHUAN
Penalaran
Kemampuanmenalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan yang merupakanrahasia kekuasaan-kekuasaanNya. Secara simbolik manusja
memakan buah pengetahulewat Adam dan Hawa dan setelahitu manusia harüs hidup
berbekal pengetahuan ini. Dia mengetahui mana yangbenar dan mana yang saiah,
mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yangindah dan mana yang jelek.
Secara terus menerus dia dipaksa harus mengambilpilihan: mana jalan yang benar
mana jalan yang salah, mana tindakan yang baikmana tindakan yang buruk, dan apa
yang indah dan apa yang jelek. Dalam melakukanpilihan ini manusia berpaling
kepada pengetahuan. Manusia adalah satu-satunyamakhluk yang mengembangkan
pengetahuan ini secara sungguh-sungguh. Binatangjuga mempunyal pengetahuan,
namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsunganhidupnya.
Manusiamengembangkan pengetahuannya nengatasi kebutuhan
keIangsungan hidup ini. Diamemikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru,
karena dia hidup bulcan sekadaruntuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.
Manusia rnengembangkankebudayaan; manusia memberi makna kepada kehidupan;
manusia “memanusiakan” diridalam hidupnya; dan masih banyak lagi pernyataan
semacam ini: semua itu pada hakikatnyamenyimpulkan bahwa manusia itu dalam
hidupnya mempunyai tujuan tertentu yanglebih tinggi dan sekadar kelangsungan
hidup. lnilah yang menyebabkan manusia.mengembangkan pengeiahuan dan
pengetahuan ini jugalah yang rnendorong manusiamenjadi makhluk yang bersifat
khas di muka bumi ini.
Pengetahuanini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal
utama yakni, pertama, manusiamempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yangmelatar belakangi informasi tersebut. Sebab
kedua, yang menyebabkan manusiamampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat
dan mantap, adalah kemampuanberpikir
menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis
besar cara berpikirseperti mi disebut penalaran. Binatang mampu berpikir namun
tidak mampuberpikir nalar.
Hakikat Penalaran
Penalaranmerupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnyamerupakan makhluk
yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dantindakannya yang
bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatanmerasa atau berpikir.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengankegiatan berpikir dan
bukan dengan p.nasaan, meskipun seperti dikatakan Pascal,hati pun mempunyai
logika tersendiri. Meskip un demikianpatut kita sadari bahwatidak semua
kegiatan berpikir men yandarkan din pada penalaran. .Jadi penalaranmerupakan
kegiatan benp ikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalammenemukan
kebenaran.
Berpikirmerupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan
yang benar. Apa yangdisebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh
sebab itu kegiatanproses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu
pun jugaberbeda-beda Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa
yangdisebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini
merupakanlandasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan
suatuproses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteriakèbenarannya
masing-masing.
Sebagaisuatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyal
ciri-ciri tertentu. Ciri yangpertama ialah adanya suatu pola berpikir yang
secara luas dapat disebut logika.Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa
tiap bentuk penalaran mempunyailogikanya tersendiri. Atau dapat juga
disimpulkan bahwa kegiatan penalaranmerupakan suatu proses berfikir logis di
mana berpikir logis di siniharus diartikan sebagal kegiatan berpikir menurut
suatu pola tertentu, ataudengan perkataan lain, menurut logika tertentu. Hal mi
patut kita sadari bahwaberpikir logis Itu mempun y4i konotasi yang bersifat
jamak (plural) danbukan tunggal (singular). Suatu kegiatan berpikir bisa
disebut logisditinjau dan suatu logika tert entu, dan mungkin tidak logis bila
ditinjau dansudut logika yang lain. Hal mi seningmenimbulkan gejala apa yang
dapat kitasebüt sebagai kekacauan penalaran yang disebabkan oleh tidak
konsistennya kitadalam mempergunakan pola berpikir tertentu.
Ciri yang kedua dati penalaran adalah sifat analitik dan proses
berpikirnya.Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandark an din
kepada suatuanalisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis
tersebut adalahlogika penalaran yang bersangkutan. Artin ya penalarani ilrniah merupakan
suatukegiatan analisis yang memperg unakan logika ilmiah, dan demikian
jugapenalaran lainnya yang memp ergunakan Iogikanya tersendirj pula. Sifat
analitikmi, kalau kita kaji lebih jauh, merupakan konsekuensi dan adanya suatu
polaberpikir tert entu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan
adakegiatan analisis, sebab analisis pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatanberpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Sepertikita sebutkan terdahulu tidak semua kegiatan berpikir
mendasarkan diri pada penalaran.Berdasarkan kniteria penalaran tersebut di atas
maka dapat kita katakan bähwatidak semua kegiatan berpikir bersifat logis dan
analitis. Atau lebih jaubdapat kita simpulkan: cara berpikir yang tidak
termasuk ke dalam penalaranbersifat tidak logis dan tidak analitik. Dengan
demikian maka kita dapat membedakansecara ganis besar ciri-ciri berpikir
menurut penalaran dan berpikir yang bukanberdasarkan penalaran.
Logika
Penalaranmerupakan suatu proses berpikir yang membuahkafl
pengetahuan. Agar pengetahuanyang dihasilkan penalaran itu mempunyaidasar
kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu.Suatu
penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau prosespenarikan
kesimpuLan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Carapenarikan
kesimpulan mi disebut logika, di mana logika secara luas dapatdidefinisikan
sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapatbermacam-macam cara penarikan
kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan studiyang memusatkan diri kepada
penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahanyang saksama hanya terhadap dua
jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logikainduktif dan logika deduktif.
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikankesimpulan dan kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifatumum. Sedangkan di pihak lain,
kita mempunyai logika deduktif yang membantukita dalam menarik kesimpulan dan
hal yang bersifat umum menjadi kasus yangbersifat individual (khusus).
Induksi merupakancara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dan berbagaikasus yang bersifat individual. Penalaran secara
induktif dinilai denganmengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup
yang khas danterbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yangbersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya
sebabmempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertamà ialah bahwa pernyataan
yang bersifatumum ini bersifat ekonomis. Kehidupanyang beraneka ragam dengan
berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadibeberapa pernyataan.
Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakankoleksi dan berbagai
fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikianjuga dalam pernyataan
mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidakbermaksud membuat reprod uksi
dan obyek tertentu, melainkan menekankan kepadastruktur dasar yang menyangga
ujud fakta tersebut. Pernyataan seperti ini sudahcukup bagi manusia untuk
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis danberpikir teoretis.
Keuntunganyang kedua dan pernyataan yang bersifat umum adalah
dimungkinkan prosespenalaran selanjutnya baik secara induktif maupun secara
deduktif. Secara induktifmaka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat
disimpulkan pernyataanyang bersifat lebih umum lagi. Penalaran seperti ini
memungkinkan disusunnyapengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-penn yataan yangmakin lama makin bersifat fundamental.
Penalarandeduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dan
pen alaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dan pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yangdinamakan silogismus.
Silogismus disusun dan dua buah pernyataan dansebuah kesimpulan. Pernyataan
yang mendukung silogismus ini disebut premis yangkemudian dapat dibedakan
sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulanmerupakan pengetahuan yang didapat
dan pênalaran deduktif berdasarkan keduapremis tersebut.
Sumber Pengetahuan
Baiklogika deduktif maupun logika induktif, dalam proses
penalarannya,mempergunakan premis-Premis yang berupa pengetahuan yang dianggap
benar. Padadasarnya terdapat dua carâ yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkanpengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada
rasio danyang kedua mendasarkan din kepada pengalaman. Kaum rasionalis
mengembangkanpaham apa yang kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka
yangmendasarkan din kepada pengalanian rnengembangkan paham yang disebut
denganempirisime.
Kaumrasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusufl
pengetahuannya. Premisyang dipakai dalam penalarannya didapatkan dan ide yang
menurut anggapannyajelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah
ciptaan pikiran manusia.Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum manusia
berusaha memikirkannya. Halini disebut idealisme. Fungsi pikiranmanusia
hanyalab mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadj pengetahuannya.Prinsip
itu sendiri sudab ada dan bersifat apriori dan dapat diketahui olehmanusia
lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Pengalaman tidaklah membuahkanprinsip dan
justru sebaliknya, hanya dengan mengetahuj prinsip yang didapatlewat penalaran rasional
itulah maka kita dapat mengerti kejadian-kejadian yangberlaku dalam alam
sekitar kita. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ide bagikaum rasionalis
adalah bersifat apriori dan prapengalaman yang didapatkan manusialewat
penalaran rasional.
Masalahutama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dan
kebenaranpremis-prefnls yang dipakainya daJam penalaran deduktif., Karena
premis-premisdari semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat
abstrak dan lerbebasdan pengalaman maka evaluasi semacam ini tak dapat
dilakukan. Oleh sebab itumaka lewat penalaran rasional akan didapatkan
bermacam-macam pengetahuanmengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu
konsensus yang dapat diterima olehsernua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran
rasional cenderung untuk bersifatsolipsistik dan subyektif.
Berlainandengan. kaum rasionalis maka kaum empinis berpendapat
bahwa pengetahuan manusiaitu bukan didapatkañ lewat penalaran rasional yang
abstrak namun lewat pengalamanyang kongkret. Gejala-gejala alamiah menurut
anggapan kaum empiris adalahbersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat
tangkapan pancaindera manusia.Gejala itu kalau kita telaah lebih lanjut
mempunyaj beberapa karakteristiktertentu umpamanya saja terdapat pola yang
teratur mengenai suatu kejadiantertentu.
BAB III ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI
Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling
kuno danberasal dari Yunani. Studi tersebutmembahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memilikipandangan yang bersifat ontologis
yang terkenal diantaranya Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada
masanya,kebanyakan orang belum mampu membedakan antara penampakan dengan
kenyataan.
PengertianOntologi
a. Menurut Bahasa :
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos =
beingatau ada, dan logos = logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa
diartikan : The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan), atau Ilmutentang yang ada.
b. Pengertian menurut istilah :
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentanghakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani/ kongkret maupun rohani /
abstrak.
Termi ontologi
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh RudolfGoclenius
pada tahun1636 M untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yangbersifat
metafisis. Dalam perkembangan selanjutnya Christian Wolf (1679 – 1754M) membagi
Metafisika menjadi 2 yaitu :
a. MetafisikaUmum : Ontologi
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari
ontologi.Jadi metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yangmembicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala
sesuatuyang ada.
b. MetafisikaKhusus : Kosmologi,
Psikologi, Teologi.
Paham–paham dalam Ontologi
Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandanganpokok/aliran-aliran
pemikiran antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme,Nihilisme, dan
Agnotisisme.
a. Monoisme
Paham inimenganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hanyalah satusaja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa
materi ataupun rohani. Paham inikemudian terbagi kedalam 2 aliran :
· Materialisme
Aliranmaterialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu
adalah materi, bukanrohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak Filsafat
yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwasumber asal adalah air karena
pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini sering jugadisebut naturalisme.
Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dansatu-satunya fakta. Yang ada
hanyalah materi/alam, sedangkan jiwa /ruh tidakberdiri sendiri. Tokoh aliran
ini adalah Anaximander (585-525 SM). Diaberpendapat bahwa unsur asal itu
adalah udara dengan alasan bahwa udaramerupakan sumber dari segala kehidupan.
Dari segi dimensinya paham ini seringdikaitkan dengan teori Atomisme.
Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlahbahan yang disebut unsur.
Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan.Bagian-bagian yang terkecil
dari itulah yang dinamakan atom-atom. Tokoh aliranini adalah Demokritos
(460-370 SM).Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang
banyakjumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atom-atom inilah yang
merupkanasal kejadian alam.
· Idealisme
Idealismediambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Idelisme sebagailawan materialisme, dinamakan juga spiritualisme.
Idealisme berarti serbacita,spiritualisme berarti serba ruh. Aliran idealisme
beranggapan bahwa hakikatkenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari
ruh (sukma) atau sejenisdengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruang.
Tokohaliran ini diantaranya :
o Plato (428 -348 SM) dengan teori
ide-nya.Menurutnya, tiap-tiap yang ada dialammesti ada idenya, yaitu konsep
universal dari setiap sesuatu.
o Aristoteles (384-322 SM), memberikan sifat
keruhaniandengan ajarannya yang menggambarkan alam ide itu sebagai sesuatu
tenaga yangberada dalam benda-benda itu sendiri dan menjalankan pengaruhnya
dari dalambenda itu.
o Pada Filsafat modern padangan ini
mula-mulakelihatan pada George Barkeley (1685-1753 M) yang menyatakan
objek-objek fisisadalah ide-ide.
o Kemudian Immanuel Kant (1724-1804 M),
Fichte(1762-1814 M), Hegel (1770-1831 M), dan Schelling (1775-1854 M).
b. Dualisme
Aliran iniberpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat
sebagai asal sumbernyayaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh,
jasad dan spirit. Tokoh paham ini adalah Descartes(1596-1650 M) yang dianggap
sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan keduahakikat itu dengan istilah
dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang(kebendaan). Tokoh yang lain
:Benedictus De spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm Von
Leibniz(1646-1716 M).
c. Pluralisme
Paham iniberpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Lebih jauh lagipaham ini menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur. Tokohaliran ini pada masa Yunani Kuno adalah
Anaxagoras dan Empedocles yangmenyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk
dan terdiri dari 4 unsur,yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran
ini adalah William James(1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang psikolog
dan filosof Amerika. Dalambukunya The Meaning of Truth, Jamesmengemukakan
bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifattetap, yang
berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Apa yang kitaanggap benar
sebelumnya dapat dikoreksi/diubah oleh pengalaman berikutnya.
d. Nihilisme
Nihilisme berasaldari bahasa Latin yang berarti nothing atau
tidak ada. Doktrin tentang nihilismesudah ada semenjak zaman Yunani Kuno,
tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yangmemberikan 3 proposisi tentang realitas
yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yangeksis, Kedua, bilasesuatu itu ada ia
tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui ia tidak
akan dapat kita beritahukankepada orang lain. Tokoh modern aliranini
diantaranya: Ivan Turgeniev(1862 M) dari Rusia dan Friedrich Nietzsche
(1844-1900 M), ia dilahirkan diRocken di Prusia dari keluarga pendeta.
e. Agnotisisme
Paham inimengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikatmateri maupun ruhani. Kata Agnoticisme berasal dari
bahasa Greek yaitu Agnostosyang berarti unknown A artinya not Gno artinya know.
Aliran ini dapat kita temui dalamfilsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya
seperti: Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yangterkenal dengan julukan sebagai
Bapak Filsafat Eksistensialisme dan Martin Heidegger (1889-1976 M)
seorangfilosof Jerman, serta JeanPaul Sartre (1905-1980 M), seorang filosof dan
sastrawan Prancis yang atheis.
Metafisika
Apakah hakikat kenyataan ini yang sebenar-benarnya? Metafisika
dapat diartikansebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat dibalik alam nyata
ini. Bidang telaahfilsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat
berpijak dari setiappemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.
Asumsi
Determinisme, probabilistik dan pilihan bebas merupakan
permasalahan filsafatiyang rumit namun menarik. Tanpa mengenal ketiga aspek ini
akan sulit bagi kitauntuk mengenal hakikat keilmuan dengan baik. Paham
determinisme dikembangkanoleh William Hamilton ( 1788-1856 ) dari doktrin
Thomas Hobbes ( 1588-1679 )yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat
empiris yang dicerminkanoleh zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran ini
merupakan lawan darifatalisme yang menyatakn bahwa segala kejadian ditentukan
oleh nasib yangditetapkan lebih dahulu.
Peluang
Berdasarkan teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal
yang pastimengenai suatu kejadian. Yang ada adalah kesimpulan yang probabilistik.
Beberapa asumsi dalam ilmu
Suatu permasalahankehidupan tidak bisa dianalisis secara cermat
dan saksama hanya oleh satudisiplin keilmuan saja. Dalam mengembangkan asumsi
kita harus perhatikanbeberapa hal. Pertama, asumsi ini harus relevan dengan
bidang dan tujuanpengkajian disiplin keilmuan. Asumsi harus operasional dan
merupakan dasar daripengkajian teoritis. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan
dari keadaansebagaimana adanya bukan bagaimana keaadaan yang seharusnya. Asumsi
yangpertama adalah mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang kedua
adalahasumsi yang mendasari telaah moral.
Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
Ilmumemulai penjelajahan pada pengalaman manusia dan berhenti di
batas pengalamanmanusia. Ilmu membatasi lingkup penjelajahanya pada batas pengalaman
manusiajuga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah
terujikebenaranya secara empiris.
BAB IV EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUANYA
1.1 JARUM SEJARAH PENGETAHUAN
Dengan berkembangnya ilmupengetahuan abad penalaran maka
konsepdasar berubah dari kesamaan kepada perbedaan. Mulai terdapat pembedaan
yangjelas antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya
spesialisasipekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur
kemasyarakatan. diferensiasi dalam bidamh ilmu dengan cepatterjadi.secara
meta fisik ilmu mulai dipisahkan dengan moral. Berdasarkan objekyang telah
ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu social. Perbedaanmakin
terperinci ini menimbulkan keahlian yang makin spesifik pula.
makin ciutnya kaplingmasing-masing disiplin keilmuan itu bukan
tidak menimbulkan masalah sebab dalamkehidupan nyata seperti pembangunan
pemukiman manusia, maka masalah yangdihadapi demikian banyak dan kompleks.
Menghadapi kenyataan ini terdapat lagiorang-orang yang inin memutar jarum
sejarah kembali dengan mengaburkanbatas-batas otonomi masing-masing disiplin
keilmuan. dengan dalih pendekataninterdisipliner maka berbagai disiplin
keilmuan dikaburkan batas-batasnya,perlahan menyatu dalam kesatuan yang
berdifusi.
pendekatan inter-disiplinermemang merupakan keharusan, namun
tidak dengan mengaburkan otonomimasing-masing disiplin keilmuan yang telah
berkembang berdasarkan jalannyamasing-masing, melainkan dengan menciptakan
paradigm baru.
1.2 PENGETAHUAN
Pengetahuan pada hakikatnyamerupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang sesuatu objek tertentu.,termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi
ilmu merupakan bagian dari pengetahuanyang diketahui oleh manusia disamping
berbagai pengetahuan lainnya seperti senidan agama.
Ilmu membatasi diri padapengkajian objek yang berada dalam
lingkup pemgalaman manusia., sedangkan agamamemasuki pula daerah penjelajahan
yang bersifat transedental yang berada diluar pengalaman manusia. Ilmu tidak
mejawab pertanyaan tentang agama sebab ilmudalam tubuh pengetahuan yang
disusunnya tidak mencakup permasalahan tersebut.
Dari perbedaan perspektif danketerbatasan diatas lalu timbulah
bagaimana cara kita melakukan penyusunanpengetahuan yang benar. Masalah inilah
yang dalam kajian filsafat disebutepistemologi dan landasan epistemology ilmu
disebut metode ilmiah.
setiap jenis pengetahuanmempunyai cirri-ciri yang spesifik
mengenai apa (ontology), bagaimana(epistemology)dan untuk apa (aksiologi)
pengetahuan tersebut disusun. ketigalandasan ini saling berkaitan; jadi ontology
ilmu berkaitan dengan epistemologyilmu dan epistemology ilmu berkaitan dengan
aksiologi ilmu.
Berdasarkan landasan ontology danaksiologi seperti itu maka
bagaimana sebaiknya kita mengembangkan landasanepistemology yang cocok?
Persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologypengetahuan pada dasarnya
adalah bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan yangbenar dengan memperhitungkan
aspek ontology dan aksiologi masing-masing.demikian juga halnya dengan masalah
yang dihadapi epistemology keilmuan yaknibagaimana menyusun pengetahuan yang
benar untu menjawab permasalahan mengenaidunia empiris yang akan digunakan
sebagai alat untuk meramal dan mengontrolgejala alam.
agar kita mampu meramalkan danmengontrol sesuatu maka
pertama-tama kita harus mengetahui mengapa sesuatu ituterjadi. Untuk dapat
meramalkan dan mengontrol sesuatu, maka kita harusmengetahui pengetahuan yang
mejelaskan pristiwa itu. dengan demikian makapenelaahan ilmiah diarahkan kepada
usaha mendapatkan penjelasan mengenaiberbagai gejala alam.
Ilmu mencoba mencarikanpenjelasan mengenai alam menjadi
kesimpulan yang bersifat umum daninterpersonal. sebaliknya, seni tetap bersifat
individual dan personal, denganmemusatkan perhatian pada “pengalamanhidup
manusia perorangan”.
Tahapan selanjutnya ditandai olehusaha manusia mencoba
menafsirkan dunia ini terlepas dari belenggu mitos.Berkembanglah lalu
pengetahuan yang berakar pada pengalaman berdasarkan akalsehat (common sense)
yang didukungoleh metode mencoba-coba(trial-and-error). Perkembangan ini
menyebabkan tumbuhnya pengetahuan yangdisebut “seni terapan” (applied art)
yangmempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan sehari-hari. seni terpakai ini
padahakikatnya mempunyai dua cirri yakni pertama brsifat deskriptif dan
fenomenologis dan kedua, rung lingkupterbatas. sifat deskriptif ini
mencerminkan proses pengkajian yang menitikberatkan pada penyelidikan
gejala-gejalayang bersifat empiris tanpa kecenderungan untuk pengembangan
postulat yangbersifat teoritisatomistis.
Pekembangan selanjutnya adalahtumbuhnya rasionalisme yang secara
kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiranyang bersifat mitos. Ilmu mencoba
menafsirkan gejala alam dengan mencobamencari penjelasan tentang berbagai
kejadian. dalam usaha menemukan penjelasanini trutama penjelasan yang bersifat
mendasar dan postulasional, maka ilmutidak bisa melepaskan diri dari penafsiran
yang bersifat rasional danmetafisis.
Ilmu mempunyai dua peranan,bersifat metafisika dan akal sehat
yang terdidik (educated common sense). Bagaimana cara agar kita
dapatmengembangkan ilmu yang mempunyai kerangka penjelasan yang masuk akal
dansekaligus mencerminkan kenyataan yang sebenarnya? berkembanglah dalam
kaitanpemikiran ini metode eksperimen yang merupakan jembatan antara
penjelasanteoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian yang dilakukan
secaraempiris. Pengetahuan metode eksperimen yang berasal dari timur ini
mempunyaipengaruh penting terhadap cara berfikir manusia sebab dengan demikian
makadapat diuji berbagai penjelasa teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empirisatau
tidak. Dengan demikian berkembanglah metoe ilmiah yang menggabungkan
caraberfikir deduktif dan induktif. Dalam pohon silsilah logika dapat
dilihatperkembangan logika ilmiah yang merupakan pertemuan anttara rasionalisme
danempirisme.
Pengetahuan ilmiah tidak sukaruntuk diterima sebab pada dasarnya
adalah akal sehat meskipun ilmu bukanlahsembarangan akal sehat melainkan
akalsehat yang terdidik. Pengetahuan ilmiah tidak sukar untuk dipercaya sebab
dapatdiandalkan meskipun tentu saja tidak semua masalah dapat dipecahkan
secarakeilmuan, itulah sebabnya maka kita msih memerlukan berbagai pengetahuan
lainuntuk memenuhi kehidupan kita sebab bagaimanapun majunya ilmu secara hakiki
diaadalah terbatas dan tidak lengkap.
1.3 METODE ILMIAH
Metode ilmiah merupakan prosedurdalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan ilmupengetahuan yang didapatkan lewat
metode ilmiah.Tidak semua pengetahuan dapatdisebut ilmu sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harusmemenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatupengetahuan dapat disebut ilmu
tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metodeilmiah. Metodologi ilmiah
secara filsafat termasuk dalam apa yang dinamakanepistemology. Epistemologi
merupakan pembahasan mengenai bagaimana kitamendapatkan pengetahuan: apakah
sumber pengetahuan? apa hakikak , jangkauan danruang lingkup pengetahuan?
apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkanpengetahuan? sampai tahap mana
pengetahuan yang mungkin untuk didatangkanmanusia.
Karakteristik khusus yangdimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah
sifat rasional dan teruji yangmemungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya
merupakan pengetahuan yang dapatdiandalkan. Dalam hal ini maka metodologi
ilmiah mencoba menggabungkan caraberfikir deduktif dan cara berfikir induktif
dalam membangun tubuh pengetahuan.Berfikir deduktif memberikan sifat yang
rasional kepada pengetahuan ilmiah dansifat konsisten dengan pengetahuan yang
telah dikumpulkan sebelumnya. Secarasistematik dan kumulatif pengetahuan ilmu
disusun setahap demi setahap denganmenyusun argumentasi mengenai suatu yang
baru berdasarkan pengetahuan yangtelah ada.
Penjelasan yang bersifat rasionalini dengan criteria kebenaran
koherensi tidak memberikan kesimpulan yangbersifat final, sebab sesuai dengan
hakikat rasionalisme yang bersifatpluralistic, maka dimungkinkan disusunnya
berbagai penjelasan terhadap suatuobjek pemikiran tertentu.
tahapan selanjutnya yaitu manusiamulai memberi batas-batas yang
jelas kepada objek kehidupan tertentuyangterpisah dengan eksistensi manusia
sebagai subjek yang mengamati dan menelaahobjek tersebut. dalam menghadapi
masalah tertentu, maka dalam tahapan ontology ini, manusia mulai
menentukanbatas-batas eksistensi masalah tersebut, yang memungkinkan manusia
dapatmengenal wujud masalah itu, untuk kemudian ditelaah dan dicarikan
pemecahanjawabannya.
dalam usaha untuk memecahkanmasalah tersebut maka ilmu tidak
berpaling kepada perasaan melainkan kepadapikiran yang berdasarkan penalaran.
ilmu mencoba mencari penjelasa mengenaipermasalahan yang dihadapinya agar dia
mengerti mengenai hakikat permasalahanitu dan dengan demikian maka ia dapat
memecahkannya. secara ontology maka ilmumembatasi masalah yang dikajinya hanya
pada masalah yang terdapat dalam ruanglingkup jangkauan pengalaman manusia.
dalam menghadapi tiap masalahilmiah, karena masalah yang
dihadapi adalah nyata maka ilmu mencari jawabanpada dunia yang nyata pula. Ilmu
dimulai dengan fakta dan diakhiri denganfakta, Einstein berkata, apapun juga
teori yang menjembatani antara keduanya.Teori yang dimaksudkan disini adalah
penjelasan mengenai gejala yang terdapatdalam dunia fisik tersebut. teori
merupakan suatu abstraksi intelektual dimanapendekatan secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris. artinya, teori ilmu merupakan
suatu penjelasanrasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya.
Semua teori ilmiah harus memenuhidua syarat utama yakni:
a) Harus konsisten dengan
teori-teori sebelumnyayang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam
teori keilmuan secarakeseluruhan
b) harus cocok dengan fakta-fakta
empiris sebabteori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh
pengujianempiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
jadi logika ilmiah merupakangabungan antara logika deduktif dan
logika induktif dimana rasionalisme danempirisme hidup berdampingan dalam
sebuah system dengan mekanisme korektif. olehsebab itu maka sebelum teruji
kebenarannya secara empiris semua penjelasanrasional yang diajukan statusnya
hanyalah bersifat sementara. penjelasansementara ini biasa disebut hipotesis.
hipotesis merupakan dugaan ataujawaban sementara terhadap
permasalahan yang sedang kita hadapi. dalammelakukan penelitian untuk
medapatkan jawaban yang benar maka seorang ilmuanseakan-akan melakukan sesuatu
“interogasi terhadap alam”. Hipotesis dalamhubungan ini berfungsi sebagai
penunjuk jalan yang memungkinkan kitamendapatkan jawaban, karena alam itu
sendiri membisu dan tidak responsiveterhadap pertanyaan-pertanyaan. harus kita
sadari bahwa hipotesis itu sendirimerupakan penjelasan yang bersifat sementara
yang membantu kita dalam melakukanpenyelidikan. sering kita temui
kesalahpahaman dimana analisis ilmiah berhentipada hipotesis ini tanpa upaya
selanjutnya untuk melakukan verifikasi apakahhipotesis ini benar atau tidak.
kecenderungan ini terdapat pada ilmuwan yangsangat dipengaruhi oleh paham
rasionalisme dan melupakan bahwa metode ilmiahmerupakan gabungan dari
rasionalisme dan empirisme.
dengan adanya jembatan berupapenyusunan hipotesis ini maka
metode ilmiah sering dikenal sbagai proses logico-hypothetico-verifikasi;
ataumenurut Tyndall sebagai “perkawinan yang berkesinambungan antara deduksi
daninduksi”
langkah selanjutnya sesudahpenyusunan hipotesis adalah pengujian
hipotesisi tersebut denganmengkonfrontasikannya dengan dunia fisik yang nyata.
proses pengujian inimerupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan.fakta-fakta ini kadang-kadang bersifat sederhana yang dapat kita
tangkap secaralangsung dengan panca indra kita.
Dasar pola fikir ilmuan skeptis:
a) Jelaskankepada saya lalu
berikan buktinya!
b) dimulaidengan ragu-ragu dan
diakhiri dengan percaya atau tidak percaya
c) mulaidengan percaya dan
dikahiri dengan makin percaya atau mungkin jadi ragu?
pola berfikir yang tercakup dalammetode ilmiah dapat dijabarkan
dalam beberapa langkah berikut:
1) perumusanmasalah
2) penyusunankerangka berfikir
dalam pengajuan hipotesis
3) perumusanhipotesis
4) pengujianhipotesis
5) penarikankesimpulan
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agarsuatu
penelaahan dapat disebut ilmiah. Namun dalam prakteknya sering
terjadilompatan-lompatan. hubungan antara langkah satu dengan yang lainnya
tidakterikat secara statis melainkan bersifat dinamis dengan proses
pengkajianilmiah yang tidak semata mengandalkan penalaran melainkan juga
imajinasi dankreatifitas. sering terjadi bahwa langkah yang stu bukan saja
merupakanlandasan bagi langkah yang berikutnya namun sekaligus juga merupakan landasankoreksi
bagi langkah lain. dengan jalan ini diharapkan diprosesnya pengetahuanyang
bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya serta
terujikebenarannya secara empiris.
Kesimpulan:
1) ilmumerupakan kumpulan
pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenarannyatelah teruji secara
empiris
2) ilmutidak bertujuan mencari
kebenaran absolute melainkan kebenaran yang bermanfaat bagimanusia dalam tahap
perkembangan tertentu
3) Ilmujuga bersifat konsisten
karena penemuan yang stu didasarkan kepadapenemuan-penemuan sebelumnya
4) ilmubukan sesuatu tanpa cela,
disebabkan penalaran dan pancaindra manusia yang jauhdari sempurna.
5) metodeilmiah pada dasarnya
adalah sama bagi semua disiplin keilmuan baik yangtermasuk dalam ilmu-ilmu alam
maupun ilmu-ilmu social
6) metodeimiah tidak dapat
diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk kedalamkelompok ilmu.
7) penelitianmerupakan cerminan
secara konkret kegiatan ilmu dalam proses pengetahuan.metodologi penelitian
ilmiah dan hakikatnya merupakan operasionalisasi darimetode keilmuan.
langkah-langkahpenelitian yang mencakup apa yang diteliti, bagaimana penelitian
dilakukanserta untuk apa hasil penelitiandigunakan adalah koheren dengan
landasan ontology, epistemology dan aksiologikeilmuan.
1.4 STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH
Pengetahuan yang diproses menurutmetode ilmiah merupakan
pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dandengan demikian dapat
disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. pengetahuan ilmiahini diproses lewat
serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan denganpenuh kedisiplinan
dan dari karakteristik inilah maka ilmu sering dikonotasikansebagai disiplin.
ilmu dapat diibaratkan sebagai piramida terbalik denganperkembangan
pengetahuannya yang bersifat kumulatif dimana penemuan pengetahuanilmiah yang
satu memungkinkan penemuan pengetahuan-pengetahuan ilmiah lainnya.sekiranya
pengetahuan ilmiah yang baru ini kemudian ternyata salah, disebabkankelengahan
dalam salah satu langkah dari proses penemuannya, maka cepat ataulambat
kesalahan ini akan diketahui dan pengetahuan ini akan dibuang dalamkhasanah
keilmuan. sebaliknya bila ternyata bahwa sebuah pengetahuan ilmiahyang baru ini
adalah benar, maka pernyataan yang terkandung dalam pengetahuanini dapat
digunakan ebagai premis baru dalam kerangka pemikiran yangmenghasilkan
hipotesis-hipotesis baru, yang bila kemudian ternyata dibenarkandalam proses
pengujian akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah barupula.
secara garis besar terdapat empatjenis pola penjelasan yakni:
1) deduktif
Penjelasan deduktifmenggunakan cara berfikir deduktif dalam
menjelaskan suatu gejala denganmenarik kesimpulan secara logis dari
premis-premis yang telah ditetapkansebelumnya
2) probabilistic
Penjelasan probabilistic merupakan penjelasan yangditarik secara
induktif dari sejumlah kasus yang dengan demikian tidakmemberikan kepastian
seperti penjelasan deduktif melainkan penjelasan yangbersifat peluang seperti
“kemungkinan”, “kemungkinan besar” atau “hamper dapatdipastikan”.
3) fungsional/teleologis
Penjelasan fungsional atau teleologis merupakanpenjelasan yang
meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan system secarakeseluruhan yang
mempunyai karekteristik atau arah perkembangan tertentu.
4) genetic
penjelasan genetic mempergunakan factor-faktor yang
timbulsebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian.
teori merupakan pengetahuanilmiah yang mencakup penjelasan
mengenai suatu factor tertentu dari sebuahdisiplin keilmuan. sebuah teori
biasanya terdiri dari hokum-hukum. Hukum padahakikatnya merupakan pernyataan
yang menyatakan hubungan antara dua variableatau lebih dalam suatu kaitan sebab
akibat. pernyataan yang mencakup hubungansebab akibat ini, atau dengan
perkataan lain hubungan kausalitas, memungkinkankita untuk meramalkan apa yang
akan terjadi sebagai akibat dari sebuah sebab.
secara mudah kita dapatmengatakan bahwa teori adalah pengetahuan
ilmiah yang memberikan penjelasantentang “mengapa” suatu gejala-gejalaterjadi,
sedangkan hukum memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkantentang “apa”
yang mungkin terjadi.pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini
merupakan “alat” yang dapat kita gunakan untukmengontrol gejala alam.
pengetahuan ilmiah dalam bentukteori dan hukum ini
harusmempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara ideal, harus
bersifatuniversal. penting untuk diingat adalah demi kepraktisan ilmu tidak
merupakankumpulan pengetahuan yang bersifat kasus, melainkan pengetahuan yang
bersifatumum yang disimpulkan dari berbagai kasus.
dala usaha mengembangkan tingkatkeumuman yang lebih tinggi ini
maka sejarah perkembangan ilmu kita melihatberbagai contoh dimana teori-teori
yang mempunyai tingkat keumuman yang rendahdisatukan dalam suatu teori umum
yang mampu mengikat keseluruhan teori-teoritersebut.
ilmu teoritis, meminjam definisiMoritz Schlick, terdiri dari
sebuah system pernyataan. system yang terdiri daripernyataan-pernyataan agar
terpadu secara utuh dan konsisten jelas memerlukankonsep yang mempersatukan dan
konsep yang mempersatukan tersebut dalam teori.
makin tinggi tingkat keumumansebuah konsep maka makin “teoritis” konsep
tersebut. pengertian teoritis disini dikaitkan dengan gejalafisik yang
dijelaskan oleh konsep yang dimaksud; artinya makin teoritis sebuahkonsep maka
makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan dengangejala fisik yang
tampak nyata.
konsep-konsep yang bersifatteoritis karena sifatnya yang
mendasar sering tidak langsung ketara kegunaanpraktisnya. secara logis maka hal
ini tidak sukar untuk dimengerti, sebab makinteoritis suatu konsep maka makin
jauh pula kaitan langsung konsep tersebutdengan gejala fisik yang nyata;
padahal kehidupan kita sehari-hari adalahberhubungan dengan gejala yang
bersifat kongkret tersebut. kegunaan praktisdari konsep tersebut yang bersifat
teoritis baru dapat dikembangkan sekiranyakonsep yang bersifat mendasar tersebut
diterapkan pada masalah-masalah yangbersifat praktis. dan dari pengertian
inilah kita sering mendengar konsep dasardan konsep terapan yang juga
diwujudkan dalam bentuk ilmu dasar dan ilmuterapan serta penelitian dasar dan
penelitian terapan.
prinsip dapat diartikan sebagaipernyataan yang berlaku secara
umum bagi kelompok gejala-gejala tertentu, yangmampu menjelaskan kejadian yang
terjadi, umpanyanya saja hokum sebab akibatsebuah gejala. dengan prinsip inilah
maka kita mejelaskan pengertian efisiensidan mengembangkan berbagai teknik
seperti analisi system dan risetoperasional untuk meningkatkanefisiensi.
dengan mengetahui prinsip yang mendasarinya, maka tidak sukar bagimereka yang
mempelajari teknik-teknik tersebut yang bernaung dalam payingkonsep system,
untuk memahami bukan saja penjelasan teknis namun sekaliguspengkajian
filsafati.
postulat merupakan asumsi dasaryang kebenarannya kita terima
tanpa dituntut pembuktiannya. kebenaran ilmiah pada hakikatnya harus
disahkandalam sebuah proses yang disebut metode keilmuan. postulat ilmiah
ditetapkantanpa melalui prosedur ini melainkan ditetapkan secara begitu saja.
asumsi harus merupakan pernyataanyang kebenarannya usecara
empiris dapat diuji. kita harus memilih teori yangterbaik dari sejumlah teri
yang ada berdasarkan kecocokan asumsi yangdipergunakannya. itulah sebabnya maka
dalam pengkajian ilmiah sepertipenelitian dituntut untuk menyetakan secara
tersurat, postulat, asumsi, prinsipserta dasar-dasar pemikran lainnya yang
digunakan dalam mengembangkan argumentasi.
penelitian yang bertujuan untukmenemukan pengetahuan baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui dinamakanpenelitian murni atau penelitian
dasar. sedangkan penelitian yang bertujuanuntuk mempergunakan pengetahuan
ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkanmasalah kehidupan yang bersifat
praktis dinamakan penelitian terapan.diperlukan waktu yang cukup lama untuk
dapat menerapkan penemuan-penemuanilmiah yang baru kepada pemanfaatan yang
berguna. terdapat selang waktu yangmakin lama makin pendek antara penemuan
suatu teori ilmiah dengan penerapannyekepada masalah-masalah yang bersifat
praktis.
1.5 SARANA BERFIKIR ILMIAH
Perbedaan utama antara manusiadan binatang terletak pada
kemapuan manusia untuk mengambil jalan melingkardalam mencapai tujuan.
seluruhpemikiran binatang dipenuhi oleh kebutuhan yang
menyebabkan mereka secaralangsung mencari objek yang diinginkan atau membuang
objek yang menghalanginya.manusia sering disebut sebagai “Homofaber” yaitu
mahluk yang membuat alat; dan kemampuan membuat alat itudimungkinkan oleh
pengetahuan.
untuk melakukan kegiatan ilmiahsecara baik diperlukan sarana
berfikir. tersedianya sarana tersebutmemungkinkan dikakukannya penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat.penguasaan sarana berfikir ini merupakan suatu
hal yang bersifat imperativebagi seorang ilmuan.
sarana merupakan alat yangmembantu kita dalam mencapai suatu
tujuan tertentu atau dengan perkataan lain,sarana ilmiah mempunyai
fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secaramenyeluruh. Sarana
berfikir dapat dikatakan bahwa sarana berfikir ilmiahmempunyai metode
tersendiri dalam mendapatkan pengetahuan yang berbeda denganmetode ilmiah.
tujuan mempelajari sarana ilmiahadalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuanyang memungkinkan kita untuk bisa
memecahkan masalah kita sehari-hari. dalamhal ini maka sarana berfikir ilmiah
merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuanuntuk mengembangkan materi
pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.
untuk dapat melakukan kegiatanberfikir ilmiah dengan baik maka
diperlukan sarana yang berupa:
1) bahasa,
2) logika,
3) matematika dan
4) statistika.
1.6 BAHASA
Bahasa merupakan alat komunikasiverbal yang dipakai dalam
seluruh proses berfikir alamiah dimana bahasamerupakan alat berfikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikirantersebut kepada orang lain.
Bahasa memungkinkan manusiaberfikir secara abstrak di mana
objek-objek yang factual ditransformasikanmenjadi symbol-simbol bahasa uyang
bersifat abstrak. dengan adanya transformasiini maka manusia dapat berfikir
mengenai suatu objek tertentu meskipun objektersebut secara factual tidak
berada di tempat dimana kegiatan berfikir itudilakukan.
transformasi objek factualmenjadi symbol abstrak yang diwujudkan
lewat perbendaharaan kata-kata dirangkaian oleh tata bahasa untuk mengemukakan
suatu jalan pemikiran atauekspresi perasaan. bahasa mengkomunikasikantiga
hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap. Atau seperti dinyatakan olehKneller
bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi symbolic, emotik danafektif.
fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkanfungsi
emotik menonjol dalam komunikasi estetik.
Apakah sebenarnya bahasa?
pertama-tama bahasa dapat kitacirikan sebagai serangkaian bunyi.
kedua, bahasa merupakan lambang dimanarangkaian bunyi ini membentuk suatu arti
tertentu.
perbedaan pendidikan antaramanusia dengan binatang terutama
terletak dalam tujuannya: manusia belajar agarberbudaya sedangkan binatang
belajar untuk mempertahankan jenisnya. denganbahasamanusia dapat berfikir
secara teratur juga dapat mengomunikasikan apayang sedang dia pikirkan kepada
orang lain. dengan bahasa kitapun dapatmengekspresikan sikap dan perasaan kita.
dengan adanya bahasa maka manusiahidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang
nyata dan dunia simbolik yangdinyatakan dengan bahasa. pengalaman mengajarkan
kepada manusia bahwa hidupseperti ini kurang bisa diandalkan dimana eksistensi
hidupnya tergantung kepadafactor yang sukar dikontrol dan diramalkan. hidup
dalam dunia fisik yang kejamdan sukar diramalkan maka manusia bangkit dan
melawannya. manusia lalumengembangkan pengetahuan untuk menguasainnya. mereka
berusaha mengerti setiapgejala yang dihadapi dan membuahkan pengetahuan yang
memberikan penjelasankepadanya.
dengan ini manusia memberartikepada hidupnya, arti yang terpatri
dalam dunia simbolik yang diwujudkan lewatkata-kata. kata-kata lalu mempunyai
arti bahkan kekuatan. demikian juga manusiamember arti bagi yang indah dalam
hidup yangindah dalam hidup ini dengan bahasa.
seni merupakan kegiatan estetikyang banyak mempergunakan aspek
emotif dari bahasa baik itu seni suara maupunseni sastra. dalam hal ini bahasa
bukan saja dipergunakan untuk mengemukakanperasaan itusendiri melainkan juga
merupakan ramuan untuk mejelmakanpengalamanyang ekspresif tadi.
komunikasi ilmiah mensyaratkanbentuk komunikasi yang sangat lain
dengan komunikasi estetik. komunikasiillmiah bertujuan untuk menyampaikan
informasi berupa pengetahuan dan bahasayang dipergunakan harus terbebas dari
unsur emotif. komunikasi ilmiah harusbersifat reproduktif artinya jika si
pengirim komunikasi menyampaikan suatuinformasi yang katakanlah berupa x, maka
so penerima komunikasi harus menerimainformasi yang berupa x pula.
berbahasa dengan jelas artinyaialah bahwa makna yang terkandung
dalam kata-kata yang dipergunakan diungkapkansecara tersurat (eskplisit) untuk
mencegah pemberian makna lain. berbahasadengan jelas artinya juga mengemukakan
pendapat atau jalan pemikiran secarajelas.
karya ilmiah pada dasarnyamerupakan kumpulan pernyataan yang
mengemukakan informasi tentang pengetahuanmaupun jalan pemikiran dalam
mendapatkan pengetahuan tersebut. untuk dapatmengkomunikasikan suatu pernyataan
dengan jelas maka seseorang seseorang harusmenguasai tata bahasa yang baik.
sedangkan tata bahasa menurut Charlton Lairdmerupakan alat dalam mempergunakan
aspek logis dan kreatif dari pikiran untukmengungkapkan arti dan emosi dengan
mempergunakan aturan-aturan tertentu. karyailmiah mempunnyai format penulisan
tertentu seperti cara meletakkan catatankaki atau menyertakan daftar bacaan.
Beberapa Kekurangan Bahasa
sebagai sarana komunikasi illmiahbahasa mempunyai beberapa
kekurangan. kekurangan ini pada hakikatnya terletakpada peranan bahasa itu
sendiri yang bersifat multi fungsi yakni sebagai saranakomunikasi emotif,
afektif, dan simbolik. bahasa ilmiah pada hakikatnyaharuslah bersifat objektif
tanpa mengandung emosi dan sikap atau dengan katalain bahasa ilmiah haruslah
bersifat antiseptic dan reproduktif.
kekurangan kedua terletak padaarti yang tidak jelas dan eksak
yang dikandung oleh kata-kata yang membangunbahasa. kelemahan lain terletak
pada sifat majemuk (pluralistic) dari bahasa.kelemahan yang lainnya dari bahasa
adalah konotasi yang bersifat emosional.
1.7 MATEMATIKA
matematika adalah bahasa yangmelambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan.lambing-lambang matematika bersifat
“artificial” yang baru mempunyai artisetelah sebuah makna diberikan
kepadanya. tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus
yangmati.
bahasa verbal seperti telah kitalihat sebelumnya mempunyai
beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. untukmengatasi kekurangan yang
terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepadamatematika. dalam hal ini dapat
kita katakana bahwa matematika adalah bahasayang berusaha untuk menghilangkan
sifat kabur, majemuk,. dan emosional daribahasa verbal. lambing-lambang dari
matematika dibuat secara artificial danindividu yang merupakan perjanjian yang
berlaku khusus untuk masalah yangsedang kita kaji. Pernyataan matematika
mempunyai sifat yang jelas, spesifikdan informative dengan tidak menimbulkan
konotasi yang bersifat emosional.
SIFAT KUANTITATIF DARI MATEMATIKA
matematika mempunyai kelebihanlain dibandingkan dengan bahasa
verbal. matematika mengembangkan bahasa numericyang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif.
bahasa verbal hanya mapumengemukakan pernyataan yang bersifat
kualitatif. demikian juga maka penjelasandan ramalan yang diberikan oleh ilmu
dalam bahasa verbal semuanya bersifatkualitatif. sifat kuantitatif dari
matematika ini meningkatkan daya prediktifdan control dari ilmu. ilmu
memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yangmemungkinkan pemecahan masalah
secara llebih tepat dan cermat. matematikamemungkinkan ilmu mengalami
pperkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif.perkembangan ini merupakan
suatu hal yang imperatif bila kita menghendaki dayaprediksi dan control yang
lebih tepat dan cermat dari ilmu. beberapa disiplinkeiomuan, terutama ilmu-ilmu
social, agak mengalami kesukaran dalamperkembangan yang bersumber pada problema
teknis dan dalam pengukuran.kesukaran ini secara bertahap telah mulai dapat
diatasi. dimana ilmu socialtelah mulai memasuki tahap yang bersifat
kuantitatif. pada dasarnya matematikadiperlukan oleh semua disiplin keilmuan
untuk meningkatkan daya prediksi dancontrol dari ilmu tersebut.
MATEMATIKA : SARANA BERFIKIR DEDUKTIF
kita semua telah mengenal bahwajumlah sudut dalam sebuah
segitiga adalah 180o. pengetahuan inimungkin saja kita dapat dengan jalan
mengukur sudut-sudut dalam sebuah segitigadan kemudian menjumlahkannya. di
pihak lain, pengetahuan ini bisa didapatkansecara deduktif dengan mempergunakan
matematika. berfikir deduktif adalahproses pengambilan kesimpulan didasarkan
kepada premis bahwa kalau terdapat duagaris sejajar maka sudut-sudut yang
dibentuk kedua garis sejajar tersebutdengan garis ketiga adalah sama. premis
yang kedua adalah bahwa jumlah sudutyang dibentuk oleh sebuah garis lurus
adalah 180o.
Dengan contoh seperti diatassecara deduktif matematika menemukan
pengetahuan yang baru berdasarkanpremis-premis yang tertentu. pengetahuan yang
ditemukan ini sebenarnya hanyalahmerupakan konsekuensi dari pernyataan-pernyataan
ilmiah yang telah kita temukansebelumnya.
BEBERAPA ALIRAN DALAM FILSAFAT MATEMATIKA
terdapat dua pendapat tentang matematika yakni:
1. ImmanuelKant (1724-1804)
berpendapat bahwamatematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik
apriori dimanaeksistensi matematika tergantung dari pancaindra
2. pendapatdari aliran yang
disebut logistic yang berpendapat bahwa matematika merupakancara berfikir logis
yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajaridunia empiris.
3. DavidHilbert (1862-1943)
yang dikenal dengan kaum formalis
kaum logistik mengemukakan bahwamatematika murni merupakan
cabang dari logika. pendapat ini mula-muladikembangkan oleh Gottlob Frege
(1848-1925) yang menyatakan bahwa hokumbilangan (the law of number) dapat
direduksikan kedalam proporsi-proporsilogika.
kaum formalis menolak anggapankaum logistic ini yang menyatakan
bahwa konsep matematika dapat direduksimenjadi konsep logika. mereka
berpendapat bahwa banyak masalah-masalah dalambidang logika yang sama sekali
tidak ada hubungannya tentang struktur formaldari lambing.
pengetahuan kita tentangbilangan, merupakan pengertian rasional
yang bersifat apriori, yang kita pahamilewat “mata penalaran” (the eye of
reason) yang memandang jauh ke dalamstruktur hakikat bilangan.
perbedaan pandangan ini tidakmelemahkan perkembangan matematika
malah justru sebaliknya dimana satu aliranmember inspirasi kepada aliran-aliran
lainnya dalam titik-titik pertemuan yangdisebut Black sebagai kompromi yang
bersifat eklektik (ecletic compromise).
Matematika dan peradaban
matematika merupakan bahasaartificial yang dikembangkan untuk
menjawab kekurangan bahasa verbal yangbersifat alamiah. maka diperlukan usaha
tertentu untuk menguasai matematikadalam bentuk kegiatan belajar. matematika
makin lama makin bersifat abstrak danesoteric yang makin jauh dari tangkapan
orang awam; magis dan misterius.
1.8 STATISTIKA
Konsep statistika
seringdikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. pada tahun 1757 Thomas simson menyimpulkan bahwa terdapat suatu
distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variable dalam
suatu frekuensi yang cukup banyak. Piere Simon de Laplace (1749-182
Komentar